Nenek Romlia tandatangani petisi penolakan PT KEI
KANGEAN, JBN Indonesia— Gelombang penolakan terhadap rencana survei seismik dan eksplorasi migas PT KEI di Kepulauan Kangean terus membesar. Ribuan warga memadati Alun-Alun Kecamatan Arjasa dalam acara “Doa Bersama Menjaga Tanah Leluhur” pada Kamis (20/11), yang berubah menjadi panggung solidaritas warga lintas generasi.
Di tengah lautan massa, sosok yang paling menyita perhatian publik jagat maya justru datang dari seorang tokoh sepuh: Nenek Romlia. Kehadirannya di panggung utama memunculkan simbol perlawanan baru dari kelompok ibu-ibu Kangean, yang disebut sebagai pihak paling rentan atas dampak kerusakan lingkungan.
Dengan suara lantang dan tubuh yang masih tegap meski usianya lanjut, Nenek Romlia menyampaikan penolakan mutlak terhadap rencana eksplorasi migas tersebut.“Saya seorang emak-emak Kangean menolak dengan tegas proyek PT KEI! Takbir!” teriaknya, disambut gemuruh takbir dan sorakan massa.
Sapaan “emak-emak” yang ia gunakan kemudian viral di media sosial, menjadi simbol bahwa penolakan bukan hanya digerakkan pemuda dan aktivis, melainkan juga dari kelompok perempuan yang menjaga budaya dan tanah adat setempat.
Dalam orasinya, Nenek Romlia menolak narasi kesejahteraan yang kerap dibawa perusahaan migas. Ia menyebut masyarakat Kangean sudah hidup mandiri dan memperoleh penghidupan layak dari sektor laut dan pertanian.
“Orang Kangean sudah makmur dan punya SKILL! Orang Kangean sudah mampu dan berjaya!” tegasnya, yang kembali memicu sorak dukungan ribuan warga.
Pernyataan tersebut kontras dengan klaim perusahaan yang sering menempatkan eksplorasi migas sebagai jalan membuka lapangan kerja dan peningkatan ekonomi daerah.
Di penghujung pidatonya, Nenek Romlia menyerukan agar masyarakat tidak melemah menghadapi rencana proyek migas.
“Kami menolak PT KEI, jangan kendor! Kita bersama dan bersatu menolak PT KEI di Kepulauan Kangean,” ujarnya.
Seruan tersebut menjadi energi baru bagi para nelayan, aktivis lingkungan, pemuda kampung, hingga tokoh adat yang selama ini memimpin gerakan penolakan.
Aksi ini memperlihatkan bahwa keberatan masyarakat tidak bersifat sporadis, melainkan kolektif dan lintas generasi. Warga menegaskan bahwa keberlanjutan alam Kangean lebih berharga dibanding potensi pendapatan migas yang berisiko mengganggu ekosistem laut dan pesisir.
Peristiwa ini dipandang sebagai sinyal kuat bagi pemerintah pusat dan daerah agar berhati-hati sebelum menerbitkan izin lanjutan terkait aktivitas PT KEI.
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
