Soal Pengembangan Jagung dan Sapi Potong Berbasis IFS di Gorontalo, Begini Penjelasan Ketua Gapuspindo dan Pakar IFS

Minggu, 11 Desember 2022 | 12:58 WIB Last Updated 2022-12-11T06:09:45Z

 

Pelaksanaan Seminar Nasional Pengembangan Jagung dan Sapi Potong Berbasis IFS yang digelar di Hotel UTC Damhill Kota Gorontalo (foto:Panitia/JBN Indonesia)


JBN Indonesia, Gorontalo - Ketua Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Ir. Didiek Purwanto,  menyatakan bahwa peluang pengembangan peternakan sapi potong di Provinsi Gorontalo sangat besar jika dilihat dari potensi biomassa tanaman pangan dan perkebunan. Biomassa tanaman pangan, terutama hasil ikutan dan limbah tanaman jagung dan padi yang masih melimpah dapat digunakan sebagai pakan sapi potong. 

Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) ini menuturkan bahwa potensi  biomassa jagung dan padi harus dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan populasi ternak yang pada akhirnya secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak.


"Sangat luar biasa dan ini harus ditangkap peluang ini. Karena biomassa belum banyak dimanfaatkan. Sumber pakannya melimpah, lahannya melimpah dan pasarnya sudah ada,"ungkapnya ketika diwawancarai awak media usai memberikan materi pada Seminar Nasional Pengembangan Jagung dan Sapi Potong Berbasis IFS yang digelar di Hotel UTC Damhill Kota Gorontalo, Jum'at (9/12).

Ketua Gapuspindo, Ir. Didiek Purwanto saat diwawancarai awak media (foto:Noka/JBN Indonesia)


Dalam materinya pada Seminar Nasional yang mengangkat tema Mewujudkan Ketahanan Pangan di Daerah Penyangga IKN Baru itu, pelaku usaha ternak sapi potong dan feedloter dengan kepemilikan ternak sapi potong lebih dari 10 ribu ekor ini memaparkan pentingnya implementasi teknologi dan mekanisasi dalam usaha ternak, terutama dalam menjamin ketersediaan pakan. Sebab, teknologi fermentasi pakan berupa silase yang disimpan di silo dapat menjaga kualitas, kuantitas, dan sustainabilitas (keberlanjutan) penyediaan pakan.


"Kedepan Gorontalo harus memikirkan untuk tidak hanya melakukan pengiriman ternak hidup, tetapi juga dapat berupa produk daging beku atau produk olahan daging sehingga semakin meningkatkan nilai tambah (value-added) serta pendapatan peternak dan pengusaha peternakan,"ujarnya.


Untuk diketahui bahwa semangat penyelenggaraan Seminar Nasional tersebut, berangkat dari kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan. IKN baru akan dibangun di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Pemindahan IKN  akan disertai dengan perpindahan penduduk yang diproyeksikan berjumlah jutaan jiwa. Hal ini akan semakin meningkatkan kebutuhan pangan di Kalimantan Timur dan sekitarnya, termasuk pangan asal ternak khususnya sapi potong.


Kalimantan Timur diproyeksikan pada tahun 2022 memiliki jumlah penduduk sekitar 3,7 juta jiwa dengan populasi ternak sapi potong mencapai 120 ribu ekor. Sebagian besar populasi masih disumbangkan oleh peternakan tradisional. Sementara kebutuhan konsumsi daging sapi terus meningkat hingga mendekati angka 10 ribu ton per tahun atau setara dengan 60 ribu ekor sapi potong per tahun. Padahal ketersediaan sapi yang dapat dipotong baru mencapai 10 ribu ekor per tahun sehingga Kalimantan Timur masih kekurangan sekitar 50 ribu ekor per tahun atau 83 persen dari kebutuhannya. Kekurangan sapi potong selama ini masih tergantung dari pasokan yang berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara.


Sebagai daerah yang geografisnya berdekatan dan berhadapan langsung dengan Kalimantan Timur, Sulawesi termasuk Gorontalo diharapkan dapat menjadi daerah penyangga utama kebutuhan pangan asal ternak bagi IKN baru. Pengusaha ternak di Gorontalo memiliki jaringan pasar ternak yang secara tradisional telah terjalin puluhan tahun dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jaringan ini tercatat dapat memasok ternak sapi potong sekitar 10 ribu ekor per tahun baik lewat darat melalui Sulawesi Tengah maupun langsung melalui kapal ternak di Pelabuhan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Peningkatan kebutuhan sapi potong di Kalimantan Timur sebagai dampak IKN baru dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi peternak dan pengusaha peternakan di Provinsi Gorontalo.


"Ini kesempatan. Gorontalo harus bangkit. Gunakan biomassa terutama jagung disini untuk dikonversi menjadi pakan ternak yang nantinya bisa digunakan sebagai penyangga IKN (Ibu Kota Negara),"tandas Didiek Purwanto.


Disisi lain Guru Besar Ilmu Pertanian Universitas Hasanuddin dan merupakan pakar Integrated Farming System (IFS), Prof. Dr.Ir. Yunus Musa, M.Sc yang juga menjadi pemateri pada Seminar Nasional tersebut,  menyampaikan bahwa pengembangan jagung memiliki banyak manfaat, baik sebagai sumber pangan, bahan baku industri, maupun sebagai pakan ternak. 


"Produk primernya dapat dimanfaatkan sebagai pakan utama ternak unggas, dan produk sampingan (secondary product) serta limbahnya (waste) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi potong,"kata Yunus Musa.


Namun demikian, kata Yunus Musa, upaya pengembangan jagung harus tetap mempertimbangkan aspek teknis dan lingkungan dengan memperhatikan kesesuaian lahan untuk budi daya jagung.


Dikatakannya pula bahwa pengembangan peternakan dengan model integrasi jagung dan sapi potong di Provinsi Gorontalo adalah suatu keniscayaan yang dapat meningkatkan penghasilan petani dan peternak.


"Potensi biomassa jagung sangat besar untuk pakan ternak, tetapi dalam pemanfaatannya diperlukan perubahan mindset petani dan peternak, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, serta introduksi dan implementasi teknologi pakan. Sehingga sistem integrasi jagung dan sapi potong akan lebih efektif diterapkan pada model pemeliharaan ternak secara intensif atau dikandangkan,"paparnya.


Seminar Nasional ini dihadiri oleh pimpinan fakultas di Universitas Negeri Gorontalo, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi Pertanian, Peternakan, dan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Bank Indonesia sebagai sponsor utama kegiatan.


Selain itu hadir pula sebagai peserta berasal dari OPD yang membidangi agrokompleks di dalam dan luar Provinsi Gorontalo, civitas akademika Fakultas Pertanian UNG, anggota Pengurus Wilayah ISPI Gorontalo dan PATPI Cabang Gorontalo, serta mahasiswa Program Studi Peternakan pada Program Sarjana dan Magister UNG. 


Rencananya kegiatan ini diagendakan akan dilaksanakan setiap tahun secara berkelanjutan dalam bentuk Seminar Nasional berseri. (Noka/JBN)


Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Soal Pengembangan Jagung dan Sapi Potong Berbasis IFS di Gorontalo, Begini Penjelasan Ketua Gapuspindo dan Pakar IFS

Trending Now