Antisipasi Bunuh Diri di Serambi Madinah

Minggu, 06 Agustus 2023 | 17:36 WIB Last Updated 2023-08-06T10:36:18Z

Oleh: Tri Uswatun Hasanah


Beberapa bulan terakhir ini, warga Gorontalo sering dikejutkan dengan kejadian bunuh diri yang beruntun. Seperti wabah yang menular, sejak bulan Januari hingga Agustus 2023, telah terjadi 26 kasus bunuh diri di daerah yang dijuluki Serambi Madinah ini.


Provinsi yang berfalsafah adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah ini, pada kenyataannya masih belum maksimal dalam mengamalkan kitabullah. Padahal perilaku bunuh diri adalah pelanggaran syariat sebagaimana firman Allah SWT dalam penggalan surah An Nisa ayat 29 yang artinya “… janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”


Banyak orang yang tidak memahami hakekat hidup sebagai anugerah dari Allah Swt, sehingga sering terjadi aksi bunuh diri. Pemicu utama bunuh diri pada umumnya adalah tekanan mental yang menyebabkan putus asa dan kurangnya jiwa spiritual. Walaupun sebenarnya, masih bisa dicegah jika tidak ada kesempatan. Karena itu, kita tidak bisa hanya menyalahkan pelakunya saja ketika terjadi kasus bunuh diri. Tetapi kita harus mengecek kondisi lingkungan sekitarnya dan siapa saja orang yang berhubungan dengannya. Apakah korban mendapatkan haknya sebagai manusia yang harus disayangi dan dilindungi? Apakah cukup mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya?


Terkadang, justru orang-orang disekitarnya yang memicu aksi bunuh diri. Karena merasa tersakiti, merasa sendiri, tidak ada perhatian, hidupnya tertekan, sehingga muncul keinginan bunuh diri. Untuk menghindari itu, perlu adanya perbaikan hubungan horizontal, sesama manusia. Karena itu, kita tidak bisa menghakimi bahwa kesalahan mutlak kepada pelaku bunuh diri. Karena pelaku adalah makhluk sosial, yang berinteraksi dengan orang lain. 


Memperbaiki Hubungan Horizontal


Hubungan horizontal, adalah hubungan sesama manusia. Fitrah manusia sebagai mahluk sosial, adalah tidak bisa hidup sendiri. Ia memerlukan jalinan hubungan dengan sesamanya, untuk berkomunikasi, saling membantu, bekerja sama dan saling tolong-menolong. Dari hubungan saling membutuhkan itulah, perlu adanya saling menyayangi, saling memahami, saling menghormati dan saling menghargai. 

Saling menyayangi, adalah dengan menjalin silaturahmi sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda “Tidak beriman salah seorang diantara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.( HR Bukhori dan Muslim). Ketika orang mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup, hidup akan terasa tenang dan nyaman. Sebaliknya, orang tidak mendapatkan kasih sayang, akan merasa sendiri. Kesendirian, mengakibatkan terganggunya mental yang menyebabkan munculnya keinginan bunuh diri. Untuk mengantisipasinya, hendaknya memperperbaiki hubungan kasih sayang terhadap sesama.  Setiap orang  tidak ingin merasakan hidup susah, kecewa, atau tersakiti. Sebagai realisasi dari bentuk rasa cinta dan sayang itu, setiap orang hendaknya memperlakukan saudaranya agar tidak merasakan juga apa yang tidak ingin dia rasakan. 


Saling memahami, adalah menjaga perasaan sesama, sehingga terjadilah kehidupan yang harmonis. Dengan saling memahami, ikatan persaudaraan dan kasih sayang akan lebih kuat. Karena tidak adanya saling memahami inilah pemicu terjadinya konflik. Berhadapan dengan salah paham dan  konflik adalah salah satu pemicu aksi bunuh diri. Dengan saling memahami, hubungan antar sesama akan tumbuh dengan baik sehingga kesalahpahaman dapat dihindari.


Saling menghormati dan menghargai, akan menghindarkan kita dari perselisihan. Dimulai dari saling menghormati dan menghargai dalam keluarga. Karena rasa putus asa terkadang timbul ketika merasa tidak dihargai oleh orang terdekatnya. Sehingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. Hubungan suami istri yang tidak ada sikap saling menghargai dan menghormati, akan mengikis rasa kasih sayang yang bisa berujung konflik, bahkan perpisahan. Akhirnya menimbulkan tekanan psikis dan mental yang berlanjut menjadi depresi. Karena kecewa dengan hubungan asmaranya, muncul keinginan bunuh diri. 


Kasus ini juga bisa terjadi kepada seorang anak yang merasa tidak dihargai, tidak diharap keberadaannya, sehingga mengalami tekanan mental dan  depresi, akhirnya bunuh diri. Inilah fenomena yang sering memicu aksi bunuh diri. Karena itulah pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai.


Memperbaiki Hubungan Vertikal


Selain hubungan horizontal, ada yang lebih penting lagi, yaitu hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Khalik. Hubungan ini adalah merupakan perisai yang menjadi solusi untuk menghindari keinginan bunuh diri. Hubungan vertikal bersifat pribadi, individual dan spiritual. Hanya Allah SWT dan manusia itu sendiri yang tahu seberapa dekat hubungan antara keduanya. Hubungan itu terjalin melalui proses. Untuk menjalin hubungan itu, perlu adanya upaya dan usaha.


Karena hubungan vertikal ini berkenaan dengan akidah umat, maka tugas ulama untuk menjaganya. Betapa miris perasaan kita ketika ada korban bunuh diri, terjadi di rumah yang berhadapan dengan masjid. Ini menunjukkan lemahnya akidah masyarakat kita. Tanggung jawab para da'i dan ulama untuk memperbaiki akidah. Dengan akidah yang kuat, iman menjadi kokoh. Dengan mempercayai  Allah dan taat terhadap syariat , akan takut untuk melanggar ketentuan dari Allah Swt. Sehingga tidak akan ada lagi korban bunuh diri.


Amanah Terhadap Tanggung Jawab


Setiap orang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, yaitu dengan tidak menyakiti orang lain dan tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan atau norma yang berlaku. Seorang ayah mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya. Sebagai pemimpin dalam keluarga, ia bertanggung jawab terhadap keadaan keluarga. Ketika terjadi korban bunuh diri dalam keluarganya, ia juga akan ditanyakan pertanggungjawabannya sebagai pemimpin dalam keluarga. Seorang pemimpin kaum  mempunyai amanah terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Sehingga ketika ada korban bunuh diri di tempat yang dipimpinnya, ia akan ditanyakan pertanggungjawabannya. Jika faktor ekonomi yang menjadi alasan seseorang bunuh diri, ini menandakan kegagalan pemimpin dalam menjaga kondisi ekonomi di wilayahnya. Apalagi ketika praktik korupsi merajalela, sehingga kondisi ekonomi tidak baik. Masyarakat biasa yang merasakan himpitan ekonomi. Karena faktanya, banyak korban bunuh diri karena faktor tekanan ekonomi.


Dengan harmonisnya hubungan antar manusia, eratnya hubungan dengan Allah SWT dan setiap orang menjalankan tanggung jawab dengan baik, akan terbina kehidupan yang nyaman. Saling menyayangi dan saling menjaga, sehingga tidak ada lagi tekanan mental dan minusnya spiritual yang mendorong jatuhnya korban bunuh diri. (*)




Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Antisipasi Bunuh Diri di Serambi Madinah

Trending Now