Tragedi Kanjuruhan Berdarah, Kapolda Jawa Timur Paparkan Kronologis Kejadian

Selasa, 04 Oktober 2022 | 09:27 WIB Last Updated 2022-10-04T02:32:04Z
Suasana mencekam Tragedi Kanjuruhan Kabupaten Malang (Dok.Google Image ; Tragedi Kanjuruhan)

MALANG, JBN Indonesia – Sepak bola Indonesia berduka, insiden serius Kanjuruhan dapat menghambat langkah dan kemajuan sepak bola Indonesia. Laga pekan ke-11 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Liga 1 antar Arema Football Club (FC) melawan Persebaya yang dicatat sejarah yang berlangsung pada Sabtu 01 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang ini berujung tragis  yang diabarkan akibat kerusuhan supporter Arema FC pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.


Dalam pertandingan Arema FC selaku tuan rumah tumbang dengan skor 2-3 dari Persebaya. Dua tim yang bertetangga kabupaten/kota ini merupakan rival klasik dalam sepak bola di kawasan Timur Pulau Jawa. Dalam hal ini pertemuan keduanya biasanya disebut sebagai el classico ala Kota Surabaya dan Malang di Jawa Timur.


Kekalahan Arema FC rupanya mengecewakan supporternya yang dikenal dengan sebutan Aremania  yang pada saat itu membanjiri stadion markas Arema FC itu. Penonton dalam stadion Kanjuruhan mala mini diestimasikan mencapai 40-an ribu orang. Apalagi dikabarkan Arema FC yang dikenal dengan julukan Singo Edan ini telah memenangkan pertadingan selama 20-an tahun terakhir dan selalu tampil perkasa untuk memenangkan pertandingan dikandangnya sedniri ketika berhadapan dengan Bajul Ijo julukan untuk Persebaya.


Ironisnya, luapan kekecewaan Aremania bukan hanya kepada pemain dan official Persebaya tapi juga kepada pemain dan official Arema FC yang diisukan akibat kipper Arema FC dinilai blunder pasa saat pertandingan berlangsung. Oleh karenanya, petugas menegaskan, ini bukan kerusuhan antar Aremania dan Bonek Mania sebutan untuk supporter Persebaya. akan tetapi kekecewaan dan kemarahan Aremania yang meluap dan meledak.


Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta saat memberi keterangan kepada pers (Dok.Media)


Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta dalam konferensi pers di Mapolres Malang pada Minggu 02 Oktober 2022 pukul 04.30 WIB memaparkan kronologis kejadian kerusuhan supporter pasca pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya berikut ini.


Poin a : Pukul 21.58 WIB, setelah pertandingan selesai, pemain dan official Persebaya dari lapangan masuk ke dalam kamar ganti pemain, dilempari oleh supporter Aremania dari atas tribun dengan botol air mineral dan lain-lain.


Poin b : Pukul 22.00 WIB, saat pemain dan official pemain Arema FC dari lapangan berjalan masuk kamar ganti pemain, suporter Areamania turun ke lapangan dan menyerang pemain dan official Arema FC. Oleh petugas dilindungi dan dibawa masuk ke kamar ganti pemain.


Petugas Tembakkan Gas Air Mata

Poin c : Selanjutnya suporter Aremania semakin banyak yang turun ke lapangan dan menyerang aparat keamanan. Karena suporter Aremania semakin brutal dan terus menyerang aparat keamanan serta diperingatkan beberapa kali tapi tidak dihiraukan.


Kemudian aparat keamanan mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah suporter Aremania yang menyerang tersebut. Kemudian Aremania yang berada di tribun berlari keluar meninggalkan stadion.


Poin d : Kemudian pihak keamanan masuk dalam ruang loby Stadion Kanjuruhan dan stanby di lobi, depan pintu VIP. Keterangan pers tertulis Kapolda Jatim yang juga dijadikan sebagai laporan ke Kapolri pada bagian berikutnya dipoin (e) menggambarkan tentang situasi di luar stadion sebagai lanjutan dari aksi Aremania.


Poin e : Sekira pukul 22.30 WIB, saat rombongan pemain dan Official Persebaya Surabaya dengan menggunan Rantis (kendaraan taktis atau Baracuda) dan pengawalan akan bergerak meninggalkan Stadion Kanjuruhan Aremania menghadang. Dengan meletakkan pagar besi pembatas di jalur sebelum pintu keluar Stadion Kanjuruhan.


Disebutkan juga suporter Aremania melempari kendaraan rombongan dengan paving blok, botol air mineral, batu, kayu dan lain-lain. Kemudian, Aremania juga merusak 2 unit mobil Patwal Satlantas dan membakar 1 unit truk Brimob dan 2 unit mobil di pintu masuk depan Stadion Kanjuruhan.


Selanjutnya Aremania yang menghadang tersebut dibubarkan oleh aparat keamanan dengan menembakkan gas air mata. Rombongan tertahan karena jalan masih dihadang oleh pagar besi pembatas pada jalur yang dilalui.


Poin f : Akibat kejadian tersebut banyak suporter Aremania dan aparat kemanan yang mengalami luka-luka. Suporter yang mengalami luka-luka dan sesak nafas dirawat di ruang Medis Stadion Kanjuruhan.


Karena korbannya terlalu banyak dan ruang medis tidak bisa menampung, selanjutnya korban dibawa ke rumah sakit di wilayah Kepanjen. Antara lain, Rumah Sakit (RS) Kanjuruhan, RS Wava Husada, RS Hasta Husada dan RS lainnya. Dengan menggunakan kendaraan ambulance, truk Polres Malang, truk Yon Zipur 5 Kepanjen, truk Kodim dan kendaraan lainnya.


Di bagian berikutnya dipaparkan daftar kendaraan yang dibakar/dirusak. Rinciannya, mobil Patroli Lantas Polres Malang 3 unit (rusak berat), mobil Patwal Polrestabes Surabaya 1 unit (dibakar), mobil truk Brimob 1 unit (dibakar) dan mobil pribadi anggota 2 unit (dibakar)


Selain itu, mobil K9 Polres Malang Kota 2 unit (rusak berat), mobil Patroli Polsek Pakis 2 unit (rusak), mobil Patroli Polsek Singosari 1 unit (rusak) dan mobil truk Dalmas Polres Malang 1 unit (rusak). Total kendaraan yang dirusak dan dibakar sebanyak 13 unit.


Dibagian terakhir yang Kapolda Jatim memaparkan dalam jumpa pers itu, yakni data tentang korban meninggal dunia dan luka-luka atau dalam perawatan. Jelasnya, di RS Hasta Husada Kepanjen: pasien/korban Meninggal Dunia (MD) = 4 orang, dalam perawatan = 20 orang. RS Wava Husada Kepanjen: pasien MD = 73 orang, dalam perawatan = 19 orang. RS Teja Husada Kepanjen: pasian MD = 34 orang, dalam perawatan = 6 orang.


Seterusnya, RS Kanjuruhan Kepanjen: pasien MD = 3 orang, dalam perawatan = 79 orang. RSI Gondanglegi: pasien MD = 6 orang, dalam perawatan = 25 orang. Puskesmas Kondanglegi: pasien dalamperawatan = 6 orang. RS Ben Mari Pakisaji: pasien MD = 1 orang, dalam perawatan = 4 orang.RSU Pindad Turen: pasien dalam perawatan = 3 orang. RS Salsabila Jatikerto: pasien MD = 4 orang, dalam perawatan = 4 orang. RSBK Turen: pasien dalam perawatan = 1 orang dan RS Saiful Anwar Kota Malang: pasien MD = 2 orang, dalam perawatan = 13 orang.


Khusus korban anggota Polri yang meninggal dunia dari tragedi ini, 2 orang. Jelasnya, Bripka Andik, personel Polsek Sumber Gempol Polres Tulungagung, meninggal di RS Wava Husada Kepanjen, dan Briptu Fajar Yoyok, personil Polsek Dongko Polres Trenggalek, meninggal di RS Hasta Brata Batu. Kemudian korban anggota Polri yang dirawat, Bripda Agmal Khan Muhammad, anggota Sat Samapta Polres Trenggalek, dirawat di RS Bhayangkara Batu.


Kapolda Jatim, Nico Afinta juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus melakukan pengecekan ke RS data korban update dan membentuk Tim Penyidik sebagai tindak lanjut kasus ini. Kapolda Jatim juga akan melakukan kordinasi dengan Korwil Arema FC dan berkomunikasi dengan suporter Aremania.


Hingga update, 2 Oktober 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mencatat 174 jiwa meninggal dunia dan 298 korban luka ringan dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Data ini didapatkan BPBD Jawa Timur pada Minggu (2/10-2022) hingga pukul 10.30 WIB.


"Korban: meninggal dunia 174 jiwa, luka berat 11 jiwa, luka ringan 298 Jiwa," bunyi keterangan BPBD Jawa Timur seperti dilansir CNN Indonesia.


Kalau berdasar data dari BPBD Jatim (korban meninggal dunia 174 orang), maka secara fakta historis tragedi Kanjuruhan berada di posisi kedua terbesar dari kerusuhan sepak bola yang terjadi di belahan dunia selama ini. Lantaran datanya masih dinamis, yang pasti jumlah korbannya yang tewas termasuk di lima besar.


Sepintas kita lihat 5 (lima) terbesar korban tewas kerusuhan sepak bola dari masa ke masa. Pertama, di Estadio Nacional Disaster Kota Lima Peru, 24 Mei 1964 (korban Meninggal Dunia = MD = 328 orang). Kedua, di Kanjuruhan Stadion Kabupaten Malang, Indonesia (korban MD = 174 orang). Ketiga, di Accra Sport Stadium Disaster Kota Accra, Ghana, 9 Mei 2001 (korban MD = 126 orang). Keempat, di Hillsborough Disaster, Sheffield, England (Inggeris), 15 April 1989 (korban MD = 96 orang). Kelima, di Kathmandu Hailstorm Disaster, Kathmandu, Nepal (korban MD = 93 orang). (iNews/iB/JBN)

Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tragedi Kanjuruhan Berdarah, Kapolda Jawa Timur Paparkan Kronologis Kejadian

Trending Now