Misi Pemijahan Lobster Pertama di Dunia Dimulai Dari Laut Kangean

Rabu, 30 April 2025 | 09:32 WIB Last Updated 2025-04-30T02:33:08Z

 


SURABAYA, JBNIndonesia.com — PT. Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) bersama PT. Global “Loketarubacanata” Nusantara Grup (GLORA GRUP) dan PT. Pemijahan Biota Laut Ekuator Khatulistiwa Nusantara Grup (PEBITALEKARA GRUP) memulai langkah berani yang belum pernah dicapai oleh bangsa mana pun di dunia: memijahkan lobster secara buatan dan terukur. Proyek ambisius ini dimulai dari hatchery di Situbondo dan dilanjutkan dengan pelepasan jutaan larva lobster (nauplisoma) ke gugusan teluk di wilayah Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.


Langkah ini merupakan bagian dari target besar: menghasilkan 1 miliar Nauplisoma Lobster dalam jangka waktu 6 bulan — sebuah pencapaian yang belum pernah dibayangkan bahkan oleh negara-negara maritim terkuat sekalipun.


Hingga hari ini, tidak ada satu pun negara, lembaga penelitian, atau institusi ilmiah di dunia yang mampu memijahkan lobster secara konsisten dalam skala besar. Puluhan negara telah mencoba. Ratusan hingga ribuan pengusaha telah menggelontorkan investasi demi ambisi ini. Namun semua menemui jalan buntu.


Kini, di bawah naungan sinar matahari khatulistiwa dan arus laut istimewa Indonesia, tiga perusahaan besar nasional menjawab tantangan tersebut. BALAD GRUP, bersama GLORA GRUP dan PEBITALEKARA GRUP, tidak hanya bermimpi, tetapi menghadirkan realitas baru dari laut Nusantara.


Pemijahan dilakukan di Hatchery milik PEBITALEKARA GRUP yang terletak di Situbondo. Dari sana, Nauplisoma Lobster hasil pemijahan akan dikirim setiap minggu ke berbagai teluk di Gugusan Kangean, termasuk Teluk Sabiteng dan Teluk Pulau Malang.


Untuk mendukung proses ini, disiapkan 100 Set Keramba Pemijahan dan 5.200 Unit Keramba. Tiap unit mampu menampung hingga 200.000 Nauplisoma Lobster dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) konservatif sebesar 50%, proyek ini ditargetkan menghasilkan 500 juta ekor Benih Bening Lobster (BBL).


Mengacu pada harga pasar BBL sebesar Rp 10.000 per ekor (berdasarkan harga di BLU Situbondo – KKP RI), potensi nilai ekonomi dari proyek ini dapat mencapaiRp 5.000.000.000.000 (Lima trilyun rupiah)


Nilai ini setara dengan pendapatan beberapa sektor industri besar nasional dan menunjukkan bagaimana laut Indonesia, jika dikelola secara inovatif, mampu menciptakan kekayaan baru bagi bangsa.


Namun, potensi besar ini tidak datang tanpa risiko. Jika semua Nauplisoma gagal bertahan, maka proyek ini dapat berakhir dengan kerugian miliaran rupiah. Tapi justru di situlah mental pengusaha sejati diuji.


“Sukses dan gagal adalah sahabat. Kami sudah biasa.Kami berikhtiar maksimal, lalu bertawakal. Bismillah. Karena bagi kami, Laut Indonesia terlalu agung untuk dibiarkan menjadi latar belakang, padahal ia seharusnya menjadi panggung utama dunia,” ujar HRM. Khalilur R. Ab. S., dikenal pula sebagai Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara, pendiri BALAD GRUP. Rabu (30/04).


Jika proyek ini berhasil, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia akan menyaksikan bahwa pemijahan lobster bukan lagi mitos sains, tetapi kenyataan yang lahir dari laut Nusantara. Indonesia, melalui BALAD GRUP, akan berdiri sebagai kiblat baru perikanan budidaya dunia.


Bukan negara-negara barat. Bukan superpower lama. Tapi Indonesia  negeri khatulistiwa dengan lautan terluas, yang akhirnya menyadari potensi sejatinya sebagai Raja Laut Dunia.

Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Misi Pemijahan Lobster Pertama di Dunia Dimulai Dari Laut Kangean

Trending Now