Dari Sawah Dusun hingga Vietnam, Hikmah Perjalanan Pulang Seorang Anak Petani

Jumat, 01 Agustus 2025 | 08:26 WIB Last Updated 2025-08-01T01:27:10Z

 


VIETNAM  – Satu dekade lalu, Khalilur R Abdullah Sahlawiy menertawakan ide bisnis beras di Vietnam. Anak dusun dari keluarga petani besar ini merasa sudah terlalu kenyang dengan urusan sawah. 


“Saya ini cucu tuan tanah, tumbuh di tengah hamparan padi milik eyang. Jenuh saya dengan dunia pertanian,” katanya, mengenang tawaran bisnis beras yang ia tolak di tahun 2015.


Namun roda waktu berputar. Kini, di tahun 2025, tawaran yang sama datang kembali bukan dari sembarang orang, tapi dari jaringan konglomerat Vietnam di bidang batubara, perikanan, dan pertanian. “Sulit saya tolak. Ini bukan sekadar bisnis. Ini tentang masa depan pangan,” ucap Khalilur atau yang akrab disapa Haji Lilur.


Tiga sektor menjadi nadi hubungan dagang Indonesia dan Vietnam: beras, lobster, dan batubara. Ketiganya kini bersinggungan langsung dengan bisnis yang digeluti BAPANTARA Grup, holding milik Khalil yang telah membawahi 18 anak perusahaan di sektor pangan, tambang, dan perikanan.


“Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, impor beras khusus Indonesia tahun 2025 mencapai 420.000 ton, semua berlabel kualitas tinggi. Saya anti impor beras CBP, itu menghancurkan petani dalam negeri. Tapi beras khusus? Itu beda cerita. Harganya premium, pasarnya terbatas, dan tidak mengganggu panen rakyat,” tegasnya. 


Kunjungan terbaru Haji Lilur ke tiga provinsi penghasil padi utama Vietnam, Dong Thap, An Giang, dan Can Tho menjadi titik baliknya. Di sana ia menyaksikan ribuan pabrik penggilingan padi beroperasi masif, modern, dan efisien. Gambarannya sangat berbeda dari kondisi di banyak daerah sentra pertanian Indonesia.


“Kenapa kita tidak bisa seperti ini?, Saya ingin membangun pabrik-pabrik padi di seluruh Indonesia. Saya ingin mencetak sawah baru, seperti para konglomerat kita yang membuka jutaan hektare di Papua," ujarnya disela kunjungan bisnisnya tentang Budidaya di Vietnam.


Nama BAPANTARA Grup singkatan dari Bandar Pangan Nusantara, bukan sekadar nama usaha. Bagi Haji Lilur, ini adalah misi. “Tak boleh ada rakyat Indonesia kelaparan hanya karena tak mampu membeli beras,” ujarnya. Cita-citanya sederhana tapi besar: menjadikan Indonesia benar-benar berdaulat pangan.


Di usia lebih dari 10 tahun, grup ini telah menyiapkan langkah ekspansi yang agresif. Di balik semua itu, ada hikmah perjalanan: seorang anak petani yang sempat jenuh dengan sawah, kini kembali ke akarnya, lebih siap, lebih kuat.


“Bismillah,” ujarnya menutup percakapan. “Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”


Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Sawah Dusun hingga Vietnam, Hikmah Perjalanan Pulang Seorang Anak Petani

Trending Now