Warga Banyuglugur Wadul ke Bupati, Sumber Air Mengering Akibat Pengeboran Air PT Fuyuan

Selasa, 09 September 2025 | 19:39 WIB Last Updated 2025-09-09T12:40:17Z

 

Warga desa Banyuglugur mengeluhkan aktifitas PT Fuyuan ke Bupati


SITUBONDO, JBN Indonesia – Seorang warga Dusun Krajan , Desa Banyuglugur,  Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengeluh ke Bupati Situbondo soal aktivitas pengeboran air bawah tanah yang dilakukan oleh PT Fuyuan. Proyek tersebut dinilai menyebabkan sumber mata air yang selama ini digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari dan pertanian menjadi semakin mengecil, bahkan hampir kering.


warga desa Banyuglugur bernama Alyono (52), itu menyampaikan kegelisahannya secara langsung kepada Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo atau yang akrab disapa Mas Rio, setelah aduannya ke pemerintah desa tidak mendapat tanggapan.


“Dulu, air dari sumber di lahan saya sangat melimpah. Tapi sejak pengeboran itu, airnya mengecil, nyaris mati. Padahal, air itu digunakan banyak warga bukan hanya di Banyuglugur, tapi juga dari desa Selobateng dan daerah pesisir lainnya,” ujar Alyono kepada wartawan, Senin (9/9/2025).


Menurut Alyono, proyek pengeboran oleh PT Fuyuan dilakukan sangat dekat dengan lahan miliknya, bahkan berjarak kurang dari dua meter. Tak hanya pengeboran, pihak perusahaan kini juga tengah melakukan penggalian besar dengan alat berat untuk pembangunan penampungan air.


Hal ini menimbulkan dampak lanjutan bagi warga, terutama untuk kebutuhan sehari - hari dan petani yang kini kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan pertanian, konsumsi rumah tangga, hingga pemeliharaan ternak.


“Sekarang kami tidak bisa lagi bertani karena air tidak ada. Lumpur dari galian juga menghalangi jalan menuju mata air  Lebih menyakitkan lagi, saat petani meminta air dari hasil pengeboran itu, pihak perusahaan mematok harga. Padahal air itu berasal dari tanah kami juga,” katanya.


Alyono mengaku telah berulang kali melaporkan permasalahan ini ke pemerintah desa. Namun hingga kini, tak ada tindak lanjut atau tanggapan resmi dari pihak desa.


Karena merasa tidak diindahkan, ia akhirnya memilih langsung mengadu ke Bupati Situbondo saat ada kesempatan menyampaikan aspirasi masyarakat. Ia berharap pemerintah kabupaten dapat turun tangan menyelesaikan konflik antara warga dan perusahaan.


“Saya bicara baik-baik dengan pihak pelaksana proyek, tapi tidak digubris. Akhirnya saya emosi dan tadi saya dorong pengawas proyek. Saya ini hanya ingin keadilan. Sumber air kami bukan untuk pribadi, tapi untuk hajat hidup masyarakat, banyak” ucapnya dengan nada kecewa.


Ia juga menyoroti sikap PT Fuyuan yang dinilai tidak pernah mau mendengarkan aspirasi masyarakat. Tidak ada dialog terbuka maupun sosialisasi kepada warga terdampak sebelum atau selama proyek pengeboran berlangsung.


“Kalau kami minta penjelasan atau menyampaikan keluhan, tidak pernah ditanggapi. Kami justru merasa semakin terintimidasi dengan alat-alat berat yang makin dekat ke lahan kami,” imbuh Alyono.


Menanggapi aduan warga tersebut, Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, mengatakan akan segera berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan pihak-pihak terkait untuk memastikan legalitas dan dampak lingkungan dari proyek pengeboran tersebut.


“Saya sedang ada agenda ke Jakarta selama kurang lebih satu minggu. Sepulangnya, saya akan meminta DLH dan instansi terkait lainnya untuk mengecek langsung ke lapangan,” kata Mas Rio.


Menurutnya, aktivitas usaha swasta seperti PT Fuyuan tetap penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, perusahaan juga harus memastikan bahwa kegiatan mereka tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar.


“Silakan perusahaan menjalankan bisnisnya dengan tenang dan nyaman di Situbondo. Tapi juga harus menjamin keberlangsungan lingkungan dan kehidupan warga. Tidak boleh ada pihak yang merasa dirugikan,” tegasnya.



Alyono bersama warga lainnya berharap pemerintah daerah tidak hanya mengevaluasi dampak lingkungan proyek tersebut, tetapi juga transparan soal perizinan pengeboran dan penggunaan air bawah tanah oleh perusahaan. Mereka juga mendesak agar distribusi air tidak dikomersialkan kepada warga terdampak, terutama petani kecil.


“Kalau petani harus beli air dari tanah sendiri, ini kan ironis. Kami minta keadilan dan kepastian bahwa hak kami sebagai warga tidak diabaikan oleh kepentingan bisnis,” ujar Alyono.


Hingga berita ini diturunkan, pihak PT Fuyuan belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan warga maupun keberadaan proyek pengeboran di Dusun Cangkreng desa Banyuglugur tersebut.


Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Warga Banyuglugur Wadul ke Bupati, Sumber Air Mengering Akibat Pengeboran Air PT Fuyuan

Trending Now