Waspada Godaan di Bulan Ramadan

Jumat, 05 April 2024 | 21:00 WIB Last Updated 2024-04-05T14:00:39Z

 

Seorang perempuan yang sedang membaca Al Quran di bulan Ramadan (ilustrasi)


JBN Indonesia - Ramadan adalah bulan istimewa yang selalu disambut dengan penuh kerinduan oleh umat Islam. Banyak keutamaan yang Allah berikan di bulan Ramadan. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan perniagaan bagi orang-orang beriman. Dalam buku Fi Rihabis Sunnah yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, beliau mengatakan bahwa Ramadan adalah sebuah bulan yang diperbanyak pintu-pintu mendulang kebaikan. Dikurangi sebab-sebab serta pintu-pintu terjadinya kejahatan dan keburukan. Ramadan menjadi bulan yang dibukakan pintu rahmat dilebarkan pintu-pintu surga. Karena banyaknya sebab-sebab yang menjadikan seseorang meraih kebaikan menuju ketaatan. Demikian sebaliknya sebab-sebab terjadinya kejahatan dikurangi, ditutupnya pintu-pintu neraka dan dibelenggunya setan. Seperti sabda Rasulullah saw, “Ketika datang bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu.” (HR Bukhari dan Muslim, Ahmad, Nasa’i). 


Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk upgrade diri. Ibaratnya jika ingin naik level, kita harus melewati ujian di bulan Ramadan. Banyak hikmah dan pelajaran yang akan kita dapat pada bulan Ramadan. Dengan berpuasa kita bisa belajar bersabar dengan menahan lapar. Sehingga tumbuh rasa belas kasih terhadap orang yang kurang mampu yang sering kelaparan. Pada bulan Ramadan ada kesempatan melaksanakan salat tarawih yang tidak ada di bulan-bulan lain. Selain itu, pada bulan ini, terbuka kesempatan membersihkan harta benda dengan membayar zakat fitrah. Bulan Ramadan juga merupakan kesempatan yang bagus untuk memperbanyak infak dan sedekah. Karena Allah melipatgandakan pahala bagi umat-Nya yang bersedekah pada bulan Ramadhan.


Namun ironisnya, kesempatan yang Allah berikan untuk upgrade diri, justru dirusak oleh hal-hal yang sering kita lakukan. Ini terjadi karena kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. Kita lebih mudah melakukan kebaikan daripada menahan hawa nafsu. Ketika malam tiba, kita semangat melaksanakan salat tarawih. Namun kita tidak mampu menahan hawa nafsu untuk menghindari media sosial, sehingga mengurangi kesempatan membaca Al-Quran. Hati kita ringan untuk bersedekah, tetapi berat untuk melawan hawa nafsu. Misalnya keinginan berkumpul dengan teman-teman, buka puasa bersama sambil bercanda ria dan bernostalgia sampai lupa waktu. 


Sejatinya upgrade diri itu diawali dengan mengendalikan hawa nafsu, karena pintu keburukan terbuka oleh hawa nafsu. Bulan Ramadan adalah ujian mengendalikan hawa nafsu. Caranya dengan menghindari hal-hal yang merusak ibadah puasa. Apalagi yang merusak puasa itu ada di sekitar kita.


Budaya Padusan Mendekati Zina


Menjelang bulan Ramadan, ada tradisi yang merusak ibadah umat Islam. Yaitu budaya padusan. Budaya ini berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Padusan adalah ritual mandi besar untuk menyucikan diri menjelang bulan Ramadan. Tradisi warisan leluhur ini berkembang seiring gaya hidup. Sekarang padusan sering dilakukan di tempat rekreasi dengan mandi beramai-ramai di tempat umum, seperti di kolam renang, di laut atau di sungai.


Ditinjau dari kacamata Islam, padusan bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab dilakukan dengan bercampur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32 yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”


Al-Hafiz Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan “Allah Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan mendekatkan kepada zina, yaitu ber-ikhtilath (bercampur baur) dengan sebab-sebabnya dan segala hal yang mendorong kepada zina tersebut.” 


Dalam padusan ada unsur mendekati zina. Apalagi ketika ritual padusan dilakukan di pemandian umum, biasanya dimeriahkan dengan mendatangkan artis-artis untuk menarik minat pengunjung. Bercampur baur laki-laki dan perempuan sambil menikmati sajian goyangan artis di panggung. Hanya kemudaratan yang didapat. Belum memasuki bulan Ramadan, sudah menabung dosa. Semua itu bisa kita hindari dengan melakukan mandi besar untuk menyucikan diri di kamar mandi di rumah masing-masing.


Media Sosial dan Televisi Pencuri Waktu Ibadah


Perusak utama ibadah puasa adalah media sosial, yang menyerang semua kalangan, dari anak-anak sampai orang dewasa. Suasana menjelang buka puasa zaman dahulu ketika belum ada gadget, keluarga berkumpul menunggu waktu berbuka puasa sambil mendengarkan ceramah di radio. Atau mendengarkan kultum bagi yang buka puasa bersama di masjid. Namun, sekarang anak-anak sibuk dengan game online sambil menunggu buka puasa. 


Orang dewasa juga asyik menikmati konten TikTok, YouTube, Facebook, Instagram dan berbalas chat melalui aplikasi WhatsApp. Ada unsur gibah, dusta, fitnah, berdebat tanpa ilmu, ikut campur urusan orang lain di media sosial. Terkadang keasyikan di media sosial berlanjut setelah Magrib, setelah salat tarawih bahkan mengganggu waktu tadarus.


Media sosial menjadi pencuri waktu yang paling besar, karena dapat mengurangi kesempatan kita membaca Al-Quran dan melakukan salat sunah. Sebaiknya kita mengurangi interaksi dengan media sosial, karena berpotensi mengurangi kesempatan beramal salih, dan mengganggu konsentrasi ibadah salat. Bahkan bisa melupakan jumlah rakaat salat karena mendengar notifikasi handphone atau mendengar nada dering panggilan.


Televisi juga bisa menjadi media hiburan yang bisa jadi menyesatkan. Acara yang disajikan dapat mengganggu waktu ibadah. Misalnya, ketika waktu salat tarawih disajikan sinetron kegemaran emak-emak. Sehingga ada emak-emak yang memilih menonton sinetron daripada salat tarawih di masjid. Ketika sahur juga sering ada acara lawak dengan lelucon yang kurang mendidik. Sehingga waktu sahur ditemani canda tawa yang merusak nilai ibadah puasa. Solusi terbaik selama bulan Ramadan yakni dengan bijak memilih tayangan televisi. 


Buka Puasa Bersama Membuat Lalai Ibadah


Buka puasa bersama atau lebih populer dengan istilah bukber adalah trend yang dilakukan oleh anak-anak muda sampai orang tua. Biasanya mereka mengadakan buka bersama sebagai ajang pertemuan alumni, acara kantor atau komunitas. Kemudian yang sering terjadi saat bukber yakni orang dewasa yang bertemu teman kuliah atau teman SMA. Saat itu mereka akan bercerita tentang masa lalu, bahkan ada yang bertemu mantan pacar. Anehnya, karena asyik bercerita, ada yang sengaja tidak melaksanakan salat Magrib, bahkan berlanjut jalan-jalan dan meninggalkan salat Isya dan tarawih. Lebih parahnya lagi, sampai terjadi perselingkuhan yang bisa mengancam keutuhan rumah tangga.


Buka puasa bersama juga sering menjadi ajang pamer. Pamer kekayaan, pamer gaya hidup sampai pamer pekerjaan atau profesi. Sehingga terjadi jarak dan perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi, buka bersama berubah menjadi ajang pamer. Bukan kasih sayang yang terjalin, tetapi rasa sombong bagi yang bisa pamer, dan rasa minder bagi yang tidak bisa pamer. Untuk memaksimalkan ibadah puasa, kita bisa menolak dengan tidak menghadiri undangan buka puasa bersama. Lebih baik buka puasa bersama dengan keluarga.


Menghamburkan Uang untuk Aksesori Lebaran


Godaan yang kuat menjelang lebaran yakni bergaya dengan baju dan sepatu baru. Sehingga setiap mendekati hari raya Idulfitri, toko-toko busana ramai dikunjungi pelanggan. Bahkan berburu baju baru bisa melalaikan diri dari salat tarawih. Menjelang lebaran, toko lebih ramai daripada masjid. 


Bukan hanya pakaian baru, tetapi upgrade rumah juga menjadi tradisi yang selalu dilakukan menjelang lebaran. Seperti membeli sofa baru, mengganti gorden, sampai mengganti cat rumah agar lebih menarik untuk dipamerkan pada tamu yang berkunjung ketika lebaran. Semua itu hanya menghamburkan uang maka menjadi mubazir. Lebih parahnya lagi, sampai berhutang di bank atau menggadaikan barang berharga. Demi memuaskan nafsu bergaya, terjerat dosa riba. Dalam mahfuzat dikatakan, “Bukanlah hari raya itu untuk orang yang berpakaian baru, tetapi hari raya adalah untuk orang yang bertambah taatnya.”


Nilai ibadah bulan suci bukan hanya dirasakan ketika Ramadan, tetapi lebih dirasakan setelahnya. Apa kelebihan yang dapat kita rasakan setelah melewati bulan Ramadan? Apakah salat kita lebih khusyuk? Sedekah kita meningkat? Kesabaran kita bertambah? Kasih sayang dan hubungan kita terhadap sesama semakin baik? Apakah kebiasaan lama seperti judi, zina dan korupsi sudah hilang? Apabila kebaikan meningkat dan keburukan berkurang, berarti kita sukses upgrade diri di bulan Ramadan. 


Akan tetapi jika hasilnya sama seperti ketika sebelum bulan Ramadan, tidak ada peningkatan yang kita dapat, berarti kita gagal dalam upgrade diri. Karena nilai ujian dari bulan Ramadan akan dilihat setelah melewatinya. Selama bulan Ramadan kita rajin berpuasa, rajin salat tarawih, selalu bersedekah, bisa menahan marah, dan selalu melakukan kebaikan. Namun setelah bulan Ramadan kembali lalai dalam salat, suka marah-marah, rajin gibah, pelit dan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting di media sosial. Artinya, kita gagal dalam upgrade diri.


Dengan menghindari hal-hal yang merusak puasa, kita bisa memetik hikmah dan pelajaran yang lebih maksimal seperti yang kita harapkan. Selalu waspada dan menjaga diri dari pencuri waktu. Pengendalian diri dalam menahan godaan hawa nafsu adalah kunci agar bisa mendapatkan nilai ibadah bulan Ramadan dengan baik. Dengan menghindari gangguan dan godaan, kita memiliki kesempatan lebih banyak untuk meningkatkan ibadah. 


Penulis :

Tri Uswatun Hasanah, panggilan akrabnya Umi Ana. Ibu rumah tangga yang mendapat amanah menjadi Pembina Asrama Terpadu MAN 1 Kota Gorontalo ini bisa disapa melalui Facebook Umi Ana, Email umiana23@gmail.com. Instagram @ umiana23.




Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Waspada Godaan di Bulan Ramadan

Trending Now