Buku Prabowo untuk Indonesia raya ditulis HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy 2014
SURABAYA, JBN Indonesia — Seorang pengusaha perikanan budidaya dari Surabaya, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy menyampaikan usulan terbuka kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto, untuk menghentikan ekspor benih bening lobster (BBL) ke Vietnam, dan menggantinya dengan ekspor lobster ukuran 50 gram.
Melalui sebuah surat elektronik (surel) resmi yang dikirim pada Senin (13/10/2025), Khalilur menyatakan bahwa kebijakan ini dapat menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru, menambah nilai ekspor Indonesia, serta mengurangi ketergantungan Vietnam terhadap pasokan benih mentah dari Indonesia.
“Saya usulkan kepada Bapak Presiden, agar ekspor BBL ke Vietnam dihentikan total, lalu diganti dengan ekspor lobster ukuran 50 gram. Dengan begitu, para eksportir akan terdorong untuk membudidayakan terlebih dahulu di dalam negeri. Ini akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan nilai ekonomi Indonesia,” tulis Khalilur dalam suratnya. Selasa (14/10/2025).
Ia mengklaim telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dan Lingkungan Vietnam (MAE – Ministry of Agriculture and Environment), dan mendapat tanggapan positif terhadap ide tersebut.
Sejak bertahun-tahun, Indonesia menjadi pemasok utama benih bening lobster bagi industri akuakultur Vietnam, yang kemudian membesarkannya menjadi lobster konsumsi bernilai tinggi. Namun kebijakan ekspor BBL selalu menjadi perdebatan sengit di dalam negeri.
Pemerintah Indonesia di masa lalu sempat melarang ekspor BBL sepenuhnya, sebelum kemudian kembali membukanya dengan skema kuota terbatas. Praktik ekspor ini kerap disebut sarat kepentingan dan dikuasai oleh oligarki tertentu, atau seperti yang disebut Khalilur dalam suratnya, sebagai “mafia lobster”.
Presiden Prabowo Subianto, dalam pernyataannya yang viral di media sosial pada awal 2025, sempat mengatakan bahwa ekspor-impor sebaiknya dibuka dan dibebaskan, tanpa sistem kuota yang berpotensi disalahgunakan.
“Jangan ada lagi kuota-kuotaan, bebaskan saja siapa pun rakyat Indonesia bisa mengimpor dan mengekspor,” ujar Prabowo saat itu.
Namun menurut Khalilur, praktik ekspor BBL hingga saat ini masih didominasi oleh sistem kuota yang tertutup, yang akhirnya menghambat pelaku usaha kecil dan menengah serta menguntungkan segelintir pihak.
Khalilur mengaku telah mempelajari budidaya lobster secara langsung di Vietnam sejak awal tahun 2024 hingga pertengahan 2025. Ia kini sedang menjalankan usaha budidaya lobster di beberapa teluk di gugusan Teluk Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Dalam suratnya, ia menyebut bahwa ekspor lobster 50 gram akan:
- Meningkatkan nilai ekspor dari rata-rata $1,5–$3 per ekor (BBL) menjadi sekitar $5 per ekor (lobster 50 gram).
- Memberikan peluang kepada pemerintah untuk memungut pajak atau bea ekspor sekitar $1 per ekor, tanpa membebani pelaku usaha.
- Menghindarkan Vietnam dari risiko tinggi kematian BBL karena proses pergantian kulit yang sering menyebabkan kanibalisme atau infeksi.
“Vietnam justru lebih diuntungkan karena tidak perlu menghadapi risiko mortalitas tinggi pada fase awal budidaya. Ini akan memperkuat posisi tawar kita sebagai pemasok lobster muda yang siap konsumsi,” ujar Khalilur.
Lebih jauh, Khalilur juga mendorong agar kebijakan ekspor lobster dibuka secara transparan dan bebas dari kuota, agar pelaku UMKM di sektor perikanan tidak lagi terpinggirkan. Ia menilai bahwa selama ini, sistem perizinan dan kuota hanya membuka ruang bagi praktik percaloan, monopoli, dan dominasi segelintir perusahaan besar.
“Kalau kita buka budidaya dan ekspor untuk siapa pun rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari nelayan kecil sampai pengusaha pemula, maka dampaknya akan luar biasa besar bagi perekonomian daerah pesisir,” tulisnya.
Yang cukup mengejutkan, dalam surat tersebut Khalilur mengungkapkan bahwa tiga pejabat tinggi MAE Vietnam telah menyatakan persetujuan terhadap gagasan ekspor lobster 50 gram dari Indonesia.
“Saya menelepon langsung tiga pejabat dari MAE Vietnam pada Senin pagi, dan mereka menyambut baik usulan ini,” katanya.
Menurut Khalilur, hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengubah arah kebijakan ekspor lobster secara fundamental, dari menjual bahan mentah ke menjual produk bernilai tambah lebih tinggi.
Dalam penutup surelnya, Khalilur menegaskan bahwa usulan ini bukan semata-mata bisnis pribadi, tapi bagian dari upaya menegakkan kedaulatan ekonomi laut Indonesia.
“Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden Prabowo Subianto, Indonesia akan berjaya di darat, di laut, dan di udara,” tulisnya dengan penuh semangat nasionalisme.
Ia juga menyampaikan permintaan maaf bila surat tersebut dianggap lancang, namun menyatakan bahwa sebagai warga negara, ia merasa wajib menyampaikan gagasan yang menurutnya berdampak besar bagi ekonomi nasional.
Berikut isi lengkap surat terbuka :
Surat elektronik
Kepada Yang terhormat Presiden Republik IndonesiaJenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto
Di Tempat.
Assalamu’alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh
Merdeka !!!
Salam Sejahtera Saya sampaikan semoga Bapak Presiden senantiasa sukses memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Adil, Makmur, Jaya, Sentosa di bawah naungan Ridho Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Bapak Presiden,
Perkenalkan Nama Saya:
HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy
Founder Owner
PT. Bandar Laut Dunia Grup – BALAD Grup.
Penulis Buku PRABOWO UNTUK INDONESIA RAYA, Cetak tahun 2014.
Saya bangga dan Bahagia, Sosok yang Saya dukung jadi Presiden pada 2014 akhirnya terpilih menjadi Presiden pada 2024.
Alhamdulillah
Bapak Presiden Yang Terhormat,
Saya adalah Pengusaha Perikanan Budidaya.
Selama 19 Bulan sejak Awal Tahun 2024 sampai Juli 2025 Saya
mempelajari Budidaya Lobster di Vietnam dan sedang berbudidaya Lobster
di beberapa Teluk di Gugusan Teluk Kangean Sumenep Jawa Timur.
Bapak Presiden,
Mohon izin memberikan Usulan;
Budidaya Lobster di Vietnam sangat bergantung pada suplai Benih Bening Lobster / BBL dari Indonesia.
Saya sangat bahagia ketika Bapak Presiden menyetop dan memberhentikan Ekspor Benih Bening Lobster per 1 Agustus 2025 kemudian mengambil alih otoritas pengaturan Ekspor BBL dari Kepmen KKP No. 7 Tahun 2024 menjadi di bawah PERPRES meskipun PERPRES tersebut belum terbit.
Sehubungan belum terbitnya PERPRES tersebut perkenankan Saya memberikan Usulan pada Yang Terhormat Bapak Presiden, begini usulan Saya;
Stop dan hentikan Ekspor Benih Bening Lobster / BBL dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam.
Gantikan Ekspor Benih Bening Lobster dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam dengan Ekspor Lobster dengan berat 50 Gram.
Pergantian Ekspor BBL menjadi Ekspor Lobster 50 Gram ini akan membuat Para Pengekspor BBL harus berbudidaya Lobster setidaknya selama Dua Bulan.
Kegiatan Budidaya Lobster 50 Gram selama Dua Bulan ini akan membuka Ratusan Ribu Lapangan Kerja serta menaikkan Harga jual Lobster.
Jika Penjualan BBL berkisar 1.5 US$ – 3 US$, maka penjualan Lobster 50 Gram setidaknya bisa dipatok di harga 5 US$ dan Pemerintah RI bisa menetapkan tarif Ekspor minimal 1 US$ per Ekor.
Republik Sosialis Vietnam malah akan semakin bahagia karena terhindar dari 1 proses pergantian kulit dari BBL menjadi Lobster 50 Gram yang berpotensi menyebabkan kematian baik akibat kanibalisme sesama Lobster maupun akibat penyakit saat pergantian kulit.
Ekspornya silahkan diatur oleh Negara dengan membebaskan siapa pun Rakyat Republik Indonesia bisa jualan tanpa kuota-kuotaan yang ujungnya hanya dimonopoli Mafia Lobster.
Bapak Presiden,
Saya bahagia ketika melihat Video Bapak di Media Sosial di mana Bapak Presiden mengatakan begini:
Jangan ada lagi kuota-kuotaan, bebaskan saja siapapun mengimpor dan mengekspor.
Pernyataan Bapak Presiden tersebut sungguh sangat Patriotis, Darah Nasionalisme Saya bergejolak menyaksikan Video Bapak Presiden tersebut, sedihnya di Ekspor Benih Bening Lobster masih ada Kuota-kuotaan.
Sebelum menulis SUREL ini, beberapa Bulan yang lalu Saya sempat berdiskusi dengan beberapa Pejabat dan Birokrat Kementerian MAE Vietnam – Ministry Agriculture Environment Vietnam, lalu tadi pagi (Senin 13 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB) Saya menelepon 3 Pejabat Vietnam yang mengatur Impor dan Karantina BBL, Saya menanyakan pada Beliau bertiga bagaimana kalau Ekspor BBL diganti Ekspor Lobster 50 Gram?
Jawaban 3 Pejabat di MAE sungguh melegakan, Beliau bertiga setuju.
Demikian Usulan ini Saya haturkan, semoga Bapak Presiden berkenan menerimanya.
Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Republik Indonesia akan berjaya di Darat, di Laut dan di Udara.
Mohon dimaafkan jika Rakyat Biasa seperti Saya lancang mengajukan Usulan ini.
Saya doakan Bapak Presiden panjang umur dan sukses membawa Indonesia menjadi Negara yang dihormati Negara lainnya di Seluruh Dunia.
Demikian Surat Elektronik ini Saya sampaikan, semoga Bapak Presiden berkenan.
Merdeka !!!
Wassalamu’alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh
Surabaya, Senin 13 Oktober 2025
Kantor Bandar Laut Dunia Grup
Graha Pena Ekstensi
10 Flr
Jl. Ahmad Yani No. 88
Ketintang Gayungan
Surabaya
Jawa Timur
Indonesia
60231
Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy
Founder Owner
Bandar Laut Dunia Grup
Penulis Buku Prabowo Untuk Indonesia Raya
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia